ayo berasuransi |
Kebanyakan masyarakan awam Indonesia cendrung tidak bersikap realistis. Entah itu karena pengaruh dogma dan tradisi yang ditanamkan para orang tua dan leluhur, atau karena tidak memiliki planning dalam kehidupannya. Walau kini sebagian kecil masyarakan sudah mulai bersikap kritis dan menjalani hidup secara disiplin, terencana dan visioner ke depan.
Kelompok pertama, perlu mendapatpakn bimbingan dari Pemerintah, tokoh masyarakat maupun NGO/ LSM agar mampu hidup secara terencana dan terarah menuju suatu masa depan pribadi, keluarga dan masyarakat yang lebih afdal dari aspek spiritual, material maupun social. Sebab jika tidak mau dibawa ke mana bangsa ini ke depan, dan apakah masyarakat mayoritas itu akan terus dibiarkan hidup dalam keterbelakangan dan menjadi beban pemerintah?
Kelompok kedua, perlu ditingkatkan kesadaran social dan kebangsaannya agar turut peduli dan menggandeng tangan ke lompok pertama menuju kehidupan yang lebih berkualitas. Mereka hendaknya tidak hidup ekslusif. Tidak hanya berpikir dalam skop individu dan keluarga, tetapi juga dalam skop kemasyarakatan dan kebangsaan.
Sehubungan dengan asuransi, target market kepada kelompok kedua lebih mudah untuk di approach karena mereka telah memiliki pola pikir yang rasional, puturistik dan pragmatis. Di samping mereka memiliki rata-rata income yang mencukupi, bahkan lebih dari cukup, mereka juga menginginkan keluarga mereka mendapatkan jaminan pendidikan, material dan masa depan yang baik atau lebih baik. Tinggal sedikit langkah yang diperlukan untuk mengingatkan mereka kembali akan perlunya, bukan pentingnya, asuransi bagi dirinya, keluarganya, bahkan koleksi kesayangannya. Tentu sekali, karena mereka lebih rasional, marketer asuransi perlu dalam mempresentasikan produk asuransi yang ditawarkan lebih menonjolkan benefit dan kemudahan dalam prosedur klaim.
Sedangkan terhadap kelompok pertama, meskipun banyak di antara mereka yang memiliki income lebih dari cukup, namun karena pola pikir mereka yang cendrung apatis terhadap asuransi, di samping dogma keagamaan yang berkaitan dengan takdir dan rezki, sudah tercekoki dan mungkin mengakar di dalam pikiran mereka, maka sikap mereka ini tidak begitu antusias merespons tawaran asuransi. Mereka biasaya mengatakan: "Ah, bagaimana nanti aja!. Rezki, jodoh, maut dan nasib , sudah ditentukan!."
Dogma seperti ini sering disalah artikan, dan cendrung disikapi dengan kepasrahan tanpa dasar. Padahal agama menganjurkan untuk berusaha menghindari resiko, celaka, dosa dan hal-hal negative, dan melakukan kebajikan, hal-hal positif dan bermanfaat, serta mempersiapkan masa depan. Dalam kaitan ini, usaha itu diganjar dengan pahala atau dosa, tergantung apa resiko yang diakibatkannya.
Bahakan di dalam Islam, manusia diperintahkan untuk mempersiapkan masa depan bagi keluarganya dan tidak diinginkan pribadi-pribadi meninggalkan keluarganya dalam keadaan lemah. Dalam kaitan ini, berasuransi termasuk salah satu bentuk mempersiapkan masa depan bagi keluarga, baik itu berupa asuransi jiwa, asuransi resiko, asuransi pendidikan maupun lain-lain. Oleh karena itu ayo kita merubah pola pikir kita tentang asuransi.
0 komentar:
Silakan Gunakan Kolom berikut Untuk Bertanya Lebih lanjut"! Salam KELUARGA BESAR O-KAO!