cerita lucu 18+
Tumini adalah Seorang perempuan muda lugu dgn ragu-ragu masuk ke Wartel 24 jam, sekitar tengah malam. Tumini kemudian berbicara dengan Parjo penjaga wartel.
Tumini . : “Pak, saya mau telpon ibu saya di kampung, tapi saya tdk punya uang.”
Parjo : “Wah, mana bisa pake telpon tapi tidak bayar.”
Tumini. : “Tapi ini penting sekali.”
Parjo : “Ya, itu kan masalah anda pribadi, tetapi kalau telpon di sini ya harus bayar.”
Tumini. : “Tolonglah pak, ini benar-benar penting. saya mau melakukan apa saja yg penting. Saya harus bisa telpon ibu saya di kampung.”
Parjo berpikir sebentar dan melihat Tumini yg msh muda lugu itu, timbullah pikiran mesumnya.
Parjo : “Benar ya, saya bisa bantu mbak untuk telpon ke kampung, tapi mbak harus mau mengikuti kemauan saya !”
Tumini kemudian dengan ragu menganggukkan kepalanya tanda setuju.
Parjo : “Mbak, ikut saya ke belakang.”
Sesampainya di belakang.
Parjo : “Sekarang mbak harus jongkok.”
Sambil berdiri dihadapan si Tumini, Parjo kemudian membuka celananya dan mengeluarkan “burung”nya tepat didepan wajah Tumini yg dalam posisi jongkok.
Parjo : “Ayoooo….” (katanya dengan tidak sabar). Tumini kemudian dengan ragu dan perlahan menggenggam “burung” nya Parjo.
Parjo yg sudah BT (birahi tinggi) dan mulai habis batas kesabarannya.
Parjo : “Ayoooo cepat. Tunggu apa lagi ? Kamu mau telpon tidak ? ”
Tumini dgn gemetar mendekati “burung” dalam genggamannya dan berkata : “Hallo…Hallo…,ini ibu ya?
Wakakkakakka
Tumini . : “Pak, saya mau telpon ibu saya di kampung, tapi saya tdk punya uang.”
Parjo : “Wah, mana bisa pake telpon tapi tidak bayar.”
Tumini. : “Tapi ini penting sekali.”
Parjo : “Ya, itu kan masalah anda pribadi, tetapi kalau telpon di sini ya harus bayar.”
Tumini. : “Tolonglah pak, ini benar-benar penting. saya mau melakukan apa saja yg penting. Saya harus bisa telpon ibu saya di kampung.”
Parjo berpikir sebentar dan melihat Tumini yg msh muda lugu itu, timbullah pikiran mesumnya.
Parjo : “Benar ya, saya bisa bantu mbak untuk telpon ke kampung, tapi mbak harus mau mengikuti kemauan saya !”
Tumini kemudian dengan ragu menganggukkan kepalanya tanda setuju.
Parjo : “Mbak, ikut saya ke belakang.”
Sesampainya di belakang.
Parjo : “Sekarang mbak harus jongkok.”
Sambil berdiri dihadapan si Tumini, Parjo kemudian membuka celananya dan mengeluarkan “burung”nya tepat didepan wajah Tumini yg dalam posisi jongkok.
Parjo : “Ayoooo….” (katanya dengan tidak sabar). Tumini kemudian dengan ragu dan perlahan menggenggam “burung” nya Parjo.
Parjo yg sudah BT (birahi tinggi) dan mulai habis batas kesabarannya.
Parjo : “Ayoooo cepat. Tunggu apa lagi ? Kamu mau telpon tidak ? ”
Tumini dgn gemetar mendekati “burung” dalam genggamannya dan berkata : “Hallo…Hallo…,ini ibu ya?
Wakakkakakka
0 komentar:
Silakan Gunakan Kolom berikut Untuk Bertanya Lebih lanjut"! Salam KELUARGA BESAR O-KAO!