Sunday 28 February 2010

ANTARA FOREX DAN PEKERJAAN LAIN

Saya mau nostalgia pengalaman hari kemarin ya? Kita lagi kumpul-kumpul nih. Team Cafe Trader wajahnya ceria-ceria ... (Trex, Djati Murti, Janu, Didi). Mereka sibuk masing-masing sambil bercanda ria. Janu sama Trex lagi instal laptop... maklum banyak orderan nih... he he he he. Camp Cafe Trader sekarang tidak sekedar kantor untuk tempat trading forex... tapi juga untuk reparasi komputer dan laptop ha ha ha ha... Kalau teman yang satu ini, Didi lagi asyik facebook-an ria.

Tetapi tidak apa-apa... Saya senang. Kami sudah "ngode" beberapa dollar dari pasar forex. Tidak lama kemudian, ada tamu datang, eh... mau reparasi laptop. Dia bawa dua laptop lagi...ha ha ha ha ha (katanya sih punya temen). Wah, bakalan gak tidur nih sampe pagi...

Saya sendiri sama Djati Murti masih asyik trading... karena emang gak bisa setting-setting laptop he he he he. Si Tamu ini, lihat-lihat saya trading, "Mas, Sudah dapat berapa dollar?" Saya jawab saja, " 250 $" sambil saya tunjukkan report hasil trade pada hari itu. Dia tercengang...

"Mas, saya sudah kerja 4 bulan belum dapat bayaran...! Sementara Anda, sehari sudah mendapatkan 250 $..."

"Lho, kenapa?" tanya saya tak paham.

"BOS-nya belum cair? Ajarin forex to mas..."

Wah ternyata dia guru honorer di sebuah sekolah SD. Saya tidak bisa bicara apa-apa lagi. Saya takut kalau saya sarankan berhenti saja jadi guru dan mulailah trading forex, betapa berdosanya saya. Guru memiliki tugas mulia mencerdaskan bangsa... tetapi kalau demikian, siapa yang salah ya? Tanyakan pada rumput yang bergoyang (kata Kang Ebit).

Saya sebenarnya juga takut memperkenalkan forex pada orang lain yang sudah memiliki pekerjaan. Pasti kacau jadinya.... pekerjaannya bisa-bisa tidak beres dan tidak fokus... Karena pekerjaan kan harus dilakukan secara serius dan fokus. Sementara forex juga sama. Kalau terpecah begitu, dia akan keberatan terhadap pekerjaan yang mana?

Kalau dia seorang guru sambil trading forex, maka tentu yang dikorbankan adalah anak-anak. Terlebih dia hanya guru honorer, yang (kalau seperti tamu saya ini) tidak dibayar empat bulan, siapa yang akan menjadi korban? Kalau dia meninggalkan forex, barangkali yang dipikirkan adalah bahwa dia mengorbankan hartanya, tetapi kalau meninggalkan (menjadi) gurunya, maka dia korbankan tugas sucinya. Bagaimana kalau 'disambi..." Waduh!!! Pasti dua-duanya dikorbankan... Keduanya gak fokus lagi. Kalau lagi ngajar, anak-anak hanya di kasih tugas dan ulangan melulu sementara gurunya di depan buka laptop dan trading forex ha ha ha ha ha.

Kalau dia bukan seorang guru misalnya, mmhhh... misal kolektor yang bekerja di sebuah perusahaan financial. Maka dia gak bisa fokus kerja secara optimal... Lha, bawaannya Laptop.... Maunya cari tempat yang enak untuk trading ha ha ha ha. Kapan kerjanya?

Entahlah, Lalu bagaimana?

Tolong bantu saya...





0 komentar:

Silakan Gunakan Kolom berikut Untuk Bertanya Lebih lanjut"! Salam KELUARGA BESAR O-KAO!