Oleh: Dwi Murti Agustina
Mendung masih menggulung sinar matahari pagi ini, udara begitu sejuk. Rasanya enggan untuk cepat-cepat beranjak dari tempat peraduanku. Cuaca hari ini seperti menggambarkan perasaanku hari ini, ada gurat kesedihan yang menggelayuti hatiku saat ini. Ya Tuhan kembalikanlah senyum ku yang manis seperti dulu. Kurasa kini aku tertahan, menahan luka yang amat dalam.
“Tok..tok..tok. Titak bangun udah siang”, suara ibu yang selalu membangunkanku untuk segera bersiap-siap ke sekolah. “Iya ibu, Titak bangun”, jawabku sambil mengucek-ngucek mataku. Aku pun lekas membereskan tempat tidurku, padahal aku masih ingin bermimpi tentang dia. Dia adalah pangeran yang dulu selalu menemaniku. Dia adalah Pradipta Raditya, dulu dia adalah kekasihku. Tetapi itu hanya dulu, sekarang hanya menjadi harapan kosong untukku kembali kepadanya lagi.
Beberapa hari yang lalu...
“Ting tong”, bunyi bel rumahku. “Iya sebentar” jawabku yang memang hanya ada aku di rumah. “Assalamualaikum”, suara pemuda yang tak asing lagi ditelingaku. “Waalaikimsalam”, menjawab salam dan membukakan pintu. Ternyata itu adalah pangeranku yang basah kuyup. “Loh nda, kok ujan-ujan kesini? Kenapa enggak kasih kabar dulu? Masuk nda masuk” tanyaku kawatir dan mempersilahkan pangeranku masuk rumah. Aku memang lebih sering memanggilnya dengan panggilan “NDA”. “Iya sayang tadi habis kerumah temen yang didekat sini, biasa sayang kejutan. Hehehe” jawab pangeranku sambil menggigil kedinginan.
Aku segera mengambilkan handuk dan membikinkan teh hangat. “Nda ini handuknya dan ini teh hangatnya diminum ya” perintahku. “Iya sayang makasih ya, you are my everything” kata-kata mesra Adip yang berusaha menetralkan kekawatiran. Aku dan Adip memang masih 3bulan berpacaran. Aku sangat menyayanginya begitu juga Adip. Aku berusaha mempertahankan hubungan kita ini sampai kapan pun. 16 April 2011 kita memutuskan untuk berkomitmen mengganti status lajang kita menjadi berpacaran, hihi. Setelah ibuku datang Adip berpamitan pulang, hujan pun juga sudah mulai redah.
Orang tuaku juga sudah megenal Adip, begitu juga orang tua Adip. Bahkan orang tua kita juga sudah saling mengenal. Memang Adip dan aku dulu adalah teman satu TK, jadi orang tua kita sudah saling mengenal satu sama lain.
“ter...ter...ter”, suara getar Hpku yang kuletakkan di atas meja belajarku. “PR <3”, itulah yang tertulis di layar Hpku. Dengan cepat ku membuka isi sms dari pangeran tersayangku.
From : PR <3
Sayang, aku sudah sampek di rumah, aku mau istirhat dulu boleh ya? Badanku panas, mukin karena kehujanan tadi. Sayang jangan lupa makan, jangan tidur malam-malam. Belajar ya. You are my EVERYTHING. I LOVE U titakku :*.
To : PR <3
Iya nda, nda buruan istirahat gi, besok kalo’ masih sakit enggag usah jemput aku ya. Kalok gag kuat bangun enggag usah masuk sekolah dulu ya. Iya nda, ini juga lagi makan, enggag tidur malem-malem kok nda. Belajarnya besk pagi aja, waktu sekolah :D haha. I LOVE YOU too Pradipta Raditya :*.
Aku pun membiarkan pangeranku untuk beristirahat, karena mukin dia kecapekan dan tadi juga sempat kehujanan. “Yah, sudah jam 22.00. Kok Adip enggag bangun-bangun ya?”, gumamku sambil melihat jam dinding yang terus berputar. Sebelum tidur aku takkan melupakan buku diary ku.
“Hari ini Adip datang kerumahku tanpa memberi tauku sebelumnya, sebetulnya aku senang dia datang kemari. Tapi sebenarnya aku jengkel karena dia nekat hujan-hujanan buat datang kerumah. Karna memang dia tau aku sendirian dirumah, dan akhirnya dia juga sakitkan. Malam ini tanpa smsnya, tapi aku harus percaya. Walaupun masih 3bulan umur status kami, tapi aku tidak mau menyudahinya karena ketidak percayaanku. Hah, aku senang dia datang pada saat aku benar-benar membutuhkannya. Dada diary, selamat malam. Selamat malam Adip, pangeranku.” Itu yang kutulis dibuka diaryku. Sebelum tidur aku menyempatkan mengirim pesan ke Adip hanya sekedar mengucapkan selamat malam.
“Titaaaaakkkkkkk, baaanggguuuuun..”, suara alarm alamiku yaitu ibuku hehe. “Iya ibuuuuu, ini titak uda bangun”, jawabku enteng. “Titak”, suara ibu memanggilku. “Iya ibu, ini titak juga udah bangun kok” teriakku dari kamar. “Bukan titak, ada adip di luar” sela ibu. “Hah, Adip” gumamku dalam hati. Tanpa aku sadari kalau aku belum mandi, dan tanpa aku sadari penampilanku sebelum bertemu pangeranku, aku langsung keluar kamar dan haha bertemu pangeranku.
“Loh nda, udah enakan? Kok jemput?” tanyaku kawatir
“Udah sayang, enggag papa dong jemput calon istri haha” jawab Adip sambil senyum-senyum enggaag jelas
“Oh ya sayang, belum mandi ya? Oh ya lagi deh, selamat pagi peri cantikku” sela Adip
“Haha, belum nda kan aku terkejut mendengar suara ibu yang mengucapka Adip diluar. Oh dag dig dug deh hatiku” jawabku alay
“Sana-sana buruan mandi, bau tau tapi tetap cantik hehe” jawab Adip dengan rayuan gombalnya.
“Iya dong nda, titakkan cantik. Kalau enggag cantik mana Pradipta Raditya mau haha. Nda, titak mandi dulu ya biar harum” ledekku.
Sungguh aku senang sekali , pagi-pagi sudah disuguhi tamu yang begitu berarti dihidupku. “Titak, buruan mandinya. Kalok udah Adip diajak sarapan. Uang sakumu ada diatas kulkas, ibu mau kepasar dulu” pamit ibu. “Iya ibuku tertersayang” ledekku.
“Nak Adip, ibuku kepasar dulu ya. Ati-ati kalau berangkat sekolah” pesan Ibu kepada Adip.
“Oya bu, ibu juga hati-hati ya” jawab Adip sopan.
“Nda, sarapan dulu yuk” ajakku.
“Ayo yang, laper” jawab Adip sambil memegangi perutnya.
“Dasar nda” jawabku sambil mengelu-elus rambut hitamnya.
Setelah selesai sarapan dan minum susu coklat kesukaan kita, kami pun segera berangkat sekolah. Dan tak lupa mengambil uang sakuku yang selalu diletakkan ibu diatas kulkas hehe. “Saatnya jam pertama dimulai, is time to begin the first lesson” bel sekolah yang berdering sebelum kita masuk kelas.
”Satu...dua...tiga...LARII!!!” suara kompakku bersama pangeran tersayangku. Kami memang tidak satu kelas, Adip kelas XII IPA 2 sedangkan aku XI IPA 1. Jadi kami harus berpisah di pertigaan lobby sekolah kita. “Da sayang, LOVE YOU” goda Adip. “I LOVE YOU too”, jawabku singkat dan segera berlari karna memang aku belum mengerjakan tugas yang gurunya super duper killer.
“Halo bebi-bebiku” sapa ku kepada para sahabat-sahabatku.
“Oyeah bebi, apa kabar” jawab Ika salah satu sahabatku.
“Kurang baik, karna aku belum menyelesaikan tugasnya Bu Killer. Buruan keluarin buku kalian” perintahku dengan wajah-wajah kebingungan.
“Selamat pagi-pagi anak-anakku” suara Bu Killer yang ternyata sudah ada di depan kelas.
“Selamat pagi Bu” teriak anak-anak satu kelas XI IPA 1.
“Tak, buruan kelarin tugasmu” bisik Ita yang tepatnya dibelakangku.
“Males ta, biarin deh kalau disuruh keluar ya keluar” jawabku santai.
“Dasar” bentak Ita sambil mendorong kepalaku kedepan.
“Kumpulkan tugas liburan kalian” perintah Bu Killer.
Aku hanya santai duduk di tempat dudukku tanpa bergerak kedepan kelas untuk mengumpulkan tugas liburan.
“Titak” sapa Bu Killer.
“Iya Bu” jawabku santai.
“Tuganya sudah dikumpulkan ?” tanya Bu Killer dengan pandangan khasnya itu.
“Maaf Bu, belum selesai” jawabku dengan keringat dinginku tapi mencoba untuk santai.
“Kumpulkan seadanya dan segera keluar dari kelas” ancam Bu Killer kepadaku.
“Iya Bu” jawabku dengan wajah sok sedih.
“Anak-anak jangan ditiru teman mu yang satu itu” suara yang Bu Killer yang masih terdengan di telingku.
Setelah mengumpulkan tugas yang belum kuselesaikan itu, aku segera keluar kelas. “Hah, pagi-pagi hari pertama masuk udah dihukum” gumamku dalam hati sambil berjalan menuju toilet yang letaknya bersebelahan dengan kelas Adip. Sebenarnya aku tidak mau melintas didepan kelas Adip karna Adip pasti sudah hafal kalau aku lagi dihukum. Dan ternyata benar, Adip melihatku.
“Pak, izin ke kamar mandi’ ijin Adip.
“Iya, jangan lama-lama kekamar mandinya” perintah guru Adip.
“Titaak” sapa Adip.
Aku hanya menoleh kebelakang tanpa memperdulikan suara Adip. Dugaanku memang benar Adip bakal memarahiku, apa mau dikata memang aku yang bersalah jadi aku hanya diam. Adip kembali ke kelasnya, aku hanya melihatnya dari belakang sampai Adip masuk kekelasnya. Bel pun berbunyi menandakan jam istirahat dimulai.
Sahabat-sahabatku, menghampiriku dan mengajakku ke kantin. Setelah makan, kita kembali ke kelas. Bel pun berbunyi kembali menandakan jam ke 5 dimulai. Kali ini aku dan temantemanku mengikuti pelajaran dengan baik sampai bel pulang berbunyi.
“Bebi-bebiku aku pulang dulu ya, pusing ni” pamitku kepada sahabat-sahabatku.
“Iya tak, ati-ati. Cepet sembuh” jawab Siska kawatir.
From : PR <3
Aku tunggu di parkiran.
To : PR <3
Iya, aku kesana. Tunggu di tempat biasa.
Sekarang adalah bulan Agustus, dan besok aku akan berusia 17 tahun. Sebenarnya aku sudah merencanakan hari bahagiaku ini bersama orang-orang yang berharga dihidupku tentu saja orang tuaku, sahabatku, dan Adip pangeranku. Adip, dia adalah sesosok pangeran yang selalu memberikanku arti hidup. Dia adalah beton bagiku, sehingga aku dapat berdiri kokoh seperti ini. Dia adalah segalanya, tapi takdir berkehendak lain Adip memutuskan hubungan ini tanpa meninggalkan alasan sedikit pun. Dia hanya meninggalkan 2 pesan satu mengucapkan selamat ulang tahun dan yang kedua.
From : PR <3
Maaf aku tidak bisa mengucapkan selamat ulang tahun langsung padamu.
Aku tidak bisa melanjutkan ini semua, maaf karna aku tidak bisa membahagiakanmu.
Kadonya aku titip kan ke ibu kamu. Tolong jgn menghubku lagi.
Dengan mata memerah aku menemui Ibuku dan menanyakan soal kado yang dititipkan Adip. Ibu tidak melihat mataku, Ibu mengucapkan selamat ulang tahun dan memberikan kado untukku. Setelah mengambil kado dari ibu dan Adip, aku segera ke kamar untuk melihat apa yang ada dikotak berwarna merah itu. Ternyata itu adalah foto-fotoku dan Adip yang dia buat keliping. Sungguh aku hanya dapat meneteskan air mata. Hari ini tidak masuk sekolah, aku beralasan sakit dan ibu mengijinkanku untuk tidak masuk sekolah hari ini. Aku hanya menghabiskan waktuku untuk tidur tanpa mengijinkan lambungku untuk bekerja dengan baik. Aku juga tidak mengaktifkan Hp, mengunci kamar, menutup gorden dan mematikan lampu kamar. Jam 01.02 aku terbangun dari tempat tidurku. Aku mengumpulkan semua kenanganku bersamanya, aku menempelkan semua foto yang aku punya.
Keesokan harinya, alarm alami ku berbunyi sangat keras.”Iya ibu, titak bangun”, jawabku lemas. Aku pun segera bergegas berangkat sekolah, tetapi ibu mencegahku. Ternyata ibu tau apa yang terjadi padaku. Ibu hanya berkata,”Ikhlas nak, semuanya bakal INDAH PADA WAKTUNYA”. “Iya ibu, titak tau itu. Titak berangkat ya” jawabku lemas.
Adip begitu angkuh saat bertemu denganku. Dia bukan Adip 3 bulan yang lalu. Dimana dia berada di situ pasti banyak perempuan yang mengerubunginya. Aku tak tahan dengan semua ini, aku serasa ingin menghentikan nafas ini jika tidak bersamanya lagi. Aku ingin menghentikan jam, agar aku tak terpisah darinya. Aku sangat mencintainya, aku mengharapkan dia kembali kepadaku. Aku menunggunya sampai kapan pun Adipta Praditya!!!. Dan ternyata dia memutuskanku karna ada wanita lain. Tapi aku tetap menjaga perasaan ini. Dan Tuhan tolong kembalikan lagi senyumku ini.
Profil Penulis:
Nama : Dwi Murti Agustina
Asal sekolah : SMK Negeri 4 Malang
Facebook : http://www.facebook.com/profile.php?id=1811718283
sumber
0 komentar:
Silakan Gunakan Kolom berikut Untuk Bertanya Lebih lanjut"! Salam KELUARGA BESAR O-KAO!