Friday 20 September 2013

Cerpen Pendek The Tuesday’s Rain

The Tuesday’s Rain Cerpen kiriman dari reader yang masuk ke email anamerya17@gmail.com. Ceritanya tentang penantian panjang sebuah kisah cinta masa lalu (???). Bingung yak?. he he he . Soalnya adminnya mau belajar ngimbangin gaya penulis cerpen The Tuesday’s Rain #ditabok.

Gimana ceritanya?. Mending langsung baca bareng aja yuks. Cekidot


The Tuesday’s Rain

Hujan terus mengguyur salah satu sudut Jakarta malam itu. Tepatnya hari itu hari selasa. Selasa yang selalu turun hujan. Petir-petir itu terus menyuarakan suara alam, memecahkan keheningan di saat malam seperti ini. Ara, wanita muda itu bolak-balik melirik jam tangannya, gelisah dan mulai galau. Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, waktunya bekerja. Tapi hujan tak kunjung reda. Ia memencet tombol ponselnya lalu mengetik pesan

To : Abang Radith

“ Bang, maaf.. mungkin gw agak telat hari ini.. hujannya deras “

Sekali lagi Ara menatap tetesan hujan yang menderas di hadapannya. Menghela nafas, lalu memperbaiki letak ransel gitarnya. Menunggu.

The Tuesday’s Rain

“ Wine nya lagi “ Seorang pria muda dengan gayanya yang mewakili eksekutif muda sukses zaman sekarang tampak frustasi dengan menggerak-gerakkan pelan gelas wine nya. “ yah, loe tahu mempertahankan kesuksesan di saat seperti ini itu sangat sulit “ pria muda itu mulai meracau tampaknya ia sudah mulai mabuk. Pelayan café wine hanya menatapnya dengan pandangan “kasihan” pada pria muda itu.

I want a little something more
Don’t want the middle or the one before
I don’t desire a complicated past..
I want a love that will last….
I don’t want just a memory, give me forever..
Don’t even think about saying goodbye..
Cuz I jus want one love to be enough
And remain in my heart till I die….


Dentingan gitar dan suara itu sontak membangunkan pria muda itu dari mimpi buruknya barusan, mimpi buruk yang setiap hari mengusiknya, yang selalu membuatnya susah tidur. Ia menatap sekeliling mencoba mencari dimana sumber suara. Tapi tempat itu sudah sepi. Tak ada siapa-siapa, hanya tersisa seorang cleaning service.

“ Heiii… “ Pria itu mencoba memanggil si Cleaning service tersebut.

“ ya Bang ? “ ia mendekat.

“Apa café ini sudah tutup? “ Tanya pria itu.

“ iya Bang, sedari tadi abang dibangunin tetapi Abang engga juga bangun “ jawab CS tersebut.

“ Oh.. hmm.. gw denger tadi ada suara cewe nyanyi dalam tidur gw, gw mau memastikan apa memang ada yang nyanyi tadi ? karena terdengar jelas sekali di telinga gw“ Pria itu merasa heran dengan mimpinya. CS tersebut menggeleng.

“ Saya kurang tahu bang, karena saya datang kalau semua orang sudah pulang “ Jawabnya.

Pria itu beranjak, memberi tips pada CS tersebut lalu berjalan limbung tanpa berkata-kata lagi.

The Tuesday’s Rain

Hari Selasa… dan hujan lagi hari itu. Ara melangkah dengan payung yang di letakkan di tangan kanannya. Hujan di hari selasa. Memori yang tersisa dari perjalanan masa lalunya.

“ Ara… kalau kita besar nanti kamu mau menikah dengan ku? “ anak laki-laki itu menatap dalam mata Ara dan menggenggam erat jari tangannya. Ara tersenyum dan mengangguk. “ Aku janji akan melamarmu di hari Selasa pada saat hujan turun “… anak laki-laki itu tersenyum.

Petir membuyarkan lamunan Ara. Ia menjitak kepalanya sendiri

“ Ara apa loe bodoh??.. itu sudah 10 tahun yang lalu. Dia juga mungkin ga ingat “ Ara merutuk dirinya sendiri. Menghembuskan nafasnya panjang

“ Tezza.. Loe dimana sekarang ? “

The Tuesday’s Rain

“ Bicara tentang hujan di hari selasa.. tiba-tiba jadi teringat tentang cinta monyet gw ketika gw masih SMP.. dan lagu ini gw persembahin buat dia dimana pun dia berada sekarang … “ Ara duduk manis di depan panggung dengan gitar di tangannya. Menarik nafasnya lalu mulai menggerakkan jari-jarinya di atas senar gitar.


If i had to live my life without you near me
The days would all be empty
The nights would seem so long
You i see forever oh so clearly
I might have been in love before
But i've never felt this strong
Our dreams are young and we both know
They take us where we want to go
Hold me now touch me now
I don't want to live without you
Nothing's gonna change my love for you
You oughta know by now how much i love you
One thing you can be sure of
I never ask for more than your love
Nothing's gonna change my love for you
You oughta know by now how much i love you
The world may change my whole life through
But nothing's gonna change my love for you


Melodi yang dimainkan oleh Ara sungguh berbeda dengan kebanyakan orang. Ia memang mengambil jalur musik Jazz. Terdengar elegan dan sendu.

‘brakk’ sebuah gelas pecah di sudut yang lain. Seorang pria kembali terbangun dari mimpi buruknya. Ia seperti selalu diselamatkan oleh suara jazzy yang sendu itu. Kali ini ia berhasil terbangun, di saat si penyanyi bersuara sendu itu masih di atas panggung kecil di Café tersebut. Ia berjalan limbung mendekati panggung. Pandangannya tampak kabur. Ia hanya ingin memperjelas siapa yang menyanyi di atas panggung itu. Ara yang masih asyik dengan gitarnya sontak terkaget menatap seorang pria yang berjalan ke arahnya. Membahayakannya.

‘Braaakkkkk’ hal yang ditakutkannya pun terjadinya. Belum sempat menghindar pria itu menubruknya. Gitarnya terjatuh, dan kini posisi pria tersebut ada di atasnya. ‘ Sial ‘ rutuknya. Belum sempat mendorong pria itu agar menjauh. Pria itu muntah di pakaiannya. ‘ Sial Sial ‘ rutuknya sekali lagi.

The Tuesday’s Rain

“ Hei.. loe tinggal dimana? “ Ara menyentuhkan satu jarinya pada pipi pria itu. Café sudah tutup tapi ia tak tega meninggalkan pria itu. Seperti ada sesuatu yang membuatnya harus tinggal. Ara mengambil gitarnya dan mulai memetiknya. Memainkan sebuah melodi dengan sangat-sangat sendu. Seraya memandangi pria yang sedang tertidur di hadapannya. Tampak familiar, tapi dia lupa pernah bertemu dimana.

Mata pria itu terbuka sedikit demi sedikit. Na Yong menghentikan melodinya.

“ Loe sudah bangun? “ Tanya Ara.

Pria itu masih setengah sadar dan berusaha untuk kembali ke dunia nyata.

“ gw dimana? “ Pria itu dingin.

“ Loe? Di Café “ jawab Ara.

“ gw masih pusing.. hmmm loe yang nyanyi tadi? “ Pria itu bertanya dengan wajah yang sangat-sangat kaku.

Ara mengangguk, dan tersenyum kecil “ loe aneh.. deketin gw trus loe nubruk gw.. loe pikir badan loe itu sekecil apa “ Sindir Ara.

Pria itu tersenyum sinis. Ara menatap pria itu heran.

“ Loe ga merasa bersalah ke gw? “ Tanya Ara.

Pria itu hanya menatapnya, ia juga seperti familiar dengan wanita muda di hadapannya itu, tapi ia lupa pernah bertemu dimana.

“ Thanks… “ ucapnya dingin, berbalik dan berjalan ke arah pintu keluar.

“ Heiiii.. “ Ara berseru pada Pria itu tapi tak ada jawaban.

Menghembuskan nafasnya kesal “Pria aneh!!!” umpatnya.

^ SREEK ^ Ara sedikit terkejut, sepertinya ia menendang sesuatu. Sebuah dompet. Milik pria itu. Ara berlari ke pintu keluar. Terlambat pria itu sudah melaju dengan mobil sportnya. Ara kembali ke dalam Café, lalu duduk di Sofa. Memberanikan diri membuka dompet pria itu.

“Dompetnya tebal juga” Gumam Ara. Tampak sebuah foto terpajang di bagian depan dompet tersebut. Foto keluarga pria itu. ‘Ternyata ia sayang keluarga juga’ pikir Ara. Dompet hitam itu penuh sekali ada beberapa golden card dan platinum card. Pria yang kaya rupanya. Ara tertarik untuk melihat bagian lainnya. Sampai akhirnya ia tertegun pada satu bagian yang terdapat satu foto yang membuatnya terkejut. Itu fotonya 10 tahun yang lalu yang sedang asyik makan es krim, dan seorang anak laki-laki seumurannya yang sedang membaca buku di sampingnya. Ara ingat sekali bagaimana, dimana dan kapan foto itu diambil. Juga dengan siapa. Ara segera membongkar semua isi dompet itu. Mencoba mencari kepastian. Ia menemukan sebuah kartu identitas. Membacanya. “ Aditya Mortezza “. Lemah sudah genggamannya hingga dompet dan isinya jatuh ke lantai, Ara menyenderkan dirinya di ujung meja di belakangnya. Jantungnya berdegup dengan kencang.

The Tuesday’s Rain

Selasa.. Hujan lagi.. Ara menatap dengan teliti tetesan hujan di hadapannya. Teringat-ingat lagi kejadian selasa yang lalu. Akhirnya ia bertemu lagi dengan Tezzanya. Pria yang ditunggunya selama 10 tahun. Pria yang janji akan melamarnya pada saat hujan di hari selasa.

The Tuesday’s Rain

“ Mau minum? gw yang traktir “ Ara duduk di sebelah Pria yang bernama Tezza itu. Tezza menoleh padanya, tampak heran. “ Wine nya 2 “ Ara mengisyaratkan pada Pelayan Café. Tezza masih memperhatikan wanita di sampingnya. Ara tersenyum padanya dan Tezza tetap tak membalas, ia kembali meneguk wine nya. “ sudah 10 tahun ya, loe pasti ga ingat gw “ Ara menatap Tezza. Pernyataan Tezza membuatnya penasaran, hingga ia berbalik menatap Ara. “ aku Aranandita, ini dompet loe “ sahut Ara tanpa basa-basi dan menyerahkan dompet itu pada Tezza. Tezza berpikir sejenak seraya menatap dompetnya lalu beralih pada Ara. Aranandita, Sepertinya nama itu tak asing lagi di telinganya.

“ Gw Aranandita, nama loe? “

Tiba-tiba ingatan 10 tahun yang lalu itu memenuhi pikiran Ara. “ Aranandita? Ara? “ Tezza mengulangi berkali-kali tak percaya. Ara mengangguk.

Seketika Tezza memeluknya.. tangisnya pecah di antara hingar-bingar Café.. “Aku kangen...” Ara tak menyangka respon Tezza sebegininya. Ia menghela nafasnya, lalu menyambut pelukan Tezza, ia juga sangat rindu pria yang memeluknya ini.

The Tuesday’s Rain

“ Maaf sudah membuatmu menunggu selama 10 tahun “ Tezza membuka pembicaraan.

Ara memperhatikan pria itu dengan serius. Tak menyangka pria nya ini begitu keren dan tampannya sekarang.

“ Hidupku selalu dipenuhi oleh mimpi buruk sejak 5 tahun yang lalu. Ayah dan ibuku meninggal dalam kecelakaan pesawat saat perjalanan pulang ke Jakarta dari California. Aku lah pewaris satu-satunya perusahaan ayahku.. sejak saat itu hidupku penuh dengan mimpi buruk “ cerita Tezza singkat, tatapan matanya itu tampak menderita sekali.

“ jadi karena itu kamu suka minum-minum sekarang? “ Tanya Ara.

Tezza mengangguk, lalu tersenyum. “ tapi setelah bertemu denganmu lagi.. Sepertinya mimpi burukku akan hilang perlahan lahan.. Aku merindukanmu Ara “ Tatapan mata itu dalam sekali menatap Ara.

Ara mendekatkan wajahnya ke wajah Tezza. Lalu menatapnya detail. “ Aku senang pacarku ini masih ingat denganku, masih sama seperti dia 10 tahun yang lalu, bad boy, dan perasaannya itu…. masih sama terhadapku.. I Love u “ Ucap Ara lalu bibirnya mengecup sejenak bibir Tezza.

Tezza tersenyum. “ aku mencarimu.. dan kau sudah pindah.. aku pikir aku tak akan pernah bertemu kau lagi.. ternyata lagumu, suara indahmu, dan petikan gitar sendumu yang membawaku ke tempat ini.. Love u too “

Tezza memeluk Ara. “ Mau kah kau menikah dengan ku… wanita ku? “…

Hujan di hari Selasa.. ternyata dia menepatinya…

-FIN -

Comentar admin : Suka sama gaya bahasa yang digunakan. Kosa katanya bukan 'kalimat sederhana' soalnya. Sekilas aku mikirnya, pasti udah sering nulis. Tapi cuma pendapat ya, aslinya nggak tau.

Cuma kalau boleh ngsih kritikan, skip skip jangan kebanyakan donk, jadi rada bingung bacanya. Over All, ceritanya bagus, berakhir happy ending Dan aku suka...

0 komentar:

Silakan Gunakan Kolom berikut Untuk Bertanya Lebih lanjut"! Salam KELUARGA BESAR O-KAO!